Sekarang aku bukan apa-apa.
Dulu saja, kejayaanku.
Kala SD dulu aku memang tidak pernah jadi pemimpin upacara bahkan pembawa Teks Pancasila pun tak pernah. Tapi, ada satu momen kejayaan yang tak pernah kulupakan ketika naik ke panggung saat acara perpisahan sekolah, sebagai siswa berprestasi. Mendapatkan peringkat kelas. Dan dikelilingi banyak teman.
Masa SMP apalagi, menjadi anak kesayangan guru Matematika. Dipuja puji guru IPS karena hasil ulangan mendapat nilai tertinggi.
Lalu sekarang? Hm aku hanya seorang mahasiswa biasa yang datang kuliah. Istilahnya rumah-kampus-rumah-kampus.
Ini berawal dari SMA, kejayaan ku pun musnah. Aku tak secemerlang dulu. Hanya seorang siswa biasa.
Kejayaanku telah musnah.
Sekarang aku dalam masa keruntuhan.
Ibarat kerajaan, aku adalah raja yang gagal mempertahankan tahta ku.
Kulepaskan mahkota kerajaanku dan menjadi rakyat biasa.
Rakyat biasa yang haus akan kedudukan.
Aku tidak tahu kapan ini dimulai, aku tahu akulah yang salah.
Tetapi dimana letak kesalahanku?
Atau mungkin aku telah salah memilih, tetapi apa sebenarnya yang telah kupilih? Sehingga tahtaku jatuh?
Aku ingin memperbaiki, bagaimanapun caranya, apa pun itu, karena aku tak sanggup terus begini.
Aku rindu kejayaanku dulu
Kejayaan, kembalilah!
Orang selalu bilang begini "dunia itu seperti roda berputar, kadang seseorang berada dibawah dan kadang diatas"
Haha, jujur saja! Aku rasa dunia itu kadang seperti roda yang berhenti berputar, sehingga orang yang terlanjur dibawah akan tetap dibawah, dan orang yang diatas selamanya diatas.
Jika disuruh memilih, siapa sih orang yang mau berada dibawah?
Tetapi inilah kehidupan, kau terkadang dihadapkan dengan pilihan yang menipu. Kau terkadang tak tahu apa yang telah kau pilih. Bahkan kau bisa saja tak sadar bahwa kau telah memilih.
Dan hal yang sangat disayangkan, jika pilihan itu, adalah pilihan yang salah!
Hal yang menjadi pertanyaan dan menjadi penting kemudian bukanlah bagaimana kembali dan mengambil pilihan yang telah ditinggalkan,
Melainkan mensyukuri pilihan yang telah menetukan nasibmu,
Mencari pilihan baru dan mencari, ingat! "mencari" bukan sekedar menunggu hditemukan oleh kesempatan, tetapi memcari kesempatan agar dapat memilih.
Oh! Andai aku tahu,
Kan ku jemput engkau wahai kejayaanku.
Kejayaan, aku kini hanya bisa mengenangmu.
Bukan karena aku enggan, namun sungguh aku malu.
Aku tak dapat memperthankanmu.
Andai dengan mudah aku memanggilmu lalu kau datang mempersembahkan diri.
Sungguh akan kupanggil engkau.
Sungguh! Aku merindukanmu.
Kejayaan, kembalilah!
Komentar
Posting Komentar