Langsung ke konten utama

Fokus Mendidik

sehabis sholat maghrib. saya melihat adek saya khusyuk kembali mengerjakan soal latihan SNMPTN. iseng-iseng saya menghampiri, kasihan, nanti dia merasa tertekan atau terlalu diforsir belajar. nampaknya dia sedang mengerjakan soal matematika. ingatan masa lalu di masa SMA-ku pun kembali. seragam putih abu-abu, soal matematika yang menantang, guru-guru yang menyenangkan, dan teman-teman yang selalu ada. alih-alih, adikku memintaku membantunya mengerjakan soal, dia menantangku, dia tahu aku dan matematika adalah soulmate.
soalnya sederhana saja, sungguh ! suasana kelas SMA mengisiku malam itu.aku ingat cara mengerjakan soal itu, hanya saja aku melupakan urutannya. aku kembali ke kamarku mencari buku matematika SMA yang dulu kupakai, berharap aku dapat mengumpulkan septong ingatanku tentang matematika yang telah buram setelah hampir 3 tahun tak pernah tersentuh lagi.
tepat! dalam waktu sekejap, aku mengingat rumus persamaan kuadrat untuk menyelesaikan soal itu. ya, aku dulu cukup mahir mengerjakan ini semua, senyumku mungkin merekah, ku usap lembaran buku matematika yang penuh deretan soal. tapi sekarang apa? aku memang menyukai matematika, aku memang mahir mengerjakan soal matematika, persamaan kuadrat, aljabar, trigonometri, logaritma, tapi apa sekarang? itu tidak berguna sama sekali, aku tidak pernah menggunakannya sampai sekarang. lalu beberapa saat kemudian terpikirlah aku mengenai, entah itu sistem atau kurikulum, yang jelas segala aturan tentang pendidikan, begitu salah kurasa.
contohnya saja, saya saat ini. saya dulu begitu mencintai matematika, bergairah mengerjakan segala macam bentuk soalnya, tapi APA SEKARANG? saya malah menempuh lajur yang bisa dikatakan amat jauh dari matematika, kecuali perhitungan dasar seperti tambah, kurang, bagi dan kali, selebihnya NOTHING!. buat apa dulu saya menghabiskan waktu mengerjakan soal-soal yang penyelesainnya sampai satu halaman buku itu, tapi pada akhirnya saya tidak menggunakannya kelak?. buat apa saya menguasai begitu banyak rumus dan segala tetek bengek tentang matematika, fisika, dn pelajaran lain yang mungkin tidak akan singkron dengan pilihan saya selanjutnya?
dimana letak kesalahannya ? apa sumber masalahnya?
kita diwajibkan meyelesaikan pendidikan dari SD, SMP, dan SMA.
kita diwjibkan mempelajari Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Sejarah, Sosiologi, Ekonomi, Geografi, Kesenian, Olahraga, dan sederet mata pelajaran lainnya.
menurutku buat apa semua itu ?
oke!
kita mungkin perlu mempelajari mengenai dasar-dasar kehidupan menyangkut kesemua pelajaran tersebut. tetapi apa harus kita semua duduk terkungkung dalam 6-8 jam di ruangan kotak dan duduk berderetan untuk mengetahui segala tetek bengek hal yang kita sebut dengan dasar-dasar kehidupan ?
tidak!
perhitungan dasar dan dasar-dasar kehidupan saya rasa sudah cukup kita dapatkan di sekoalh dasar saja. lalu saat menaiki jenjang SMP sebaiknya dilakukan mentoring khusus untuk setiap anak didik. mentoring mengenai apa minat dan bakatnya, bukankah saat ini kita mempunyai banyak tenaga pengajar yang menganggur? pekerjakan mereka!. kelompokkan dan fokuskan anak pada bidang yang benar-benar dibakatinya dan diminatinya.bukan pengelompokan berdasarkan jumlah nilai rapor, lalu anak yang memliki nilai tinggi smerta-merta dimasukkan ke kelas IPA dan siswa dengan jumlah nilai rapor langsung ditempatkan di kelas IPS, berikan mereka arahan, berikan bimbingan secara personal atau per individu, diskusiakan dengan mereka, sinkronkan minat dan bakat mereka.  lalu pada jenjang SMA, kerucutkan bakat dan minatnya, perdalam dan pertajam mereka. misalnya pada saat SMP sang anak berada di kelas IPA, saat SMA fokuskan anak pada jenjang karir yang diinginkan, lagi-lagi sesuaikan dengan minat dan bakatnya. misalnya seorang anak ingin menjadi dokter, minatnya pada Biologi. maka sangat mudah memilih jalur apa yang harus diambilnya, perdalam mengenai biologi, kimia dan pelajarann yang berkaiatan saja, adapaun pelajaran lain hanya sebagai selingan.
ck.
yah! ini bukan hal yang mudah.
tetapi ini bisa dilakukan.
sistem indonesia sebaiknya dirubah.
buat aapa ada UN? toh sebagian besar melakukan kecurangan. itu sudah menjadi rahasia umum.
tentu untuk mengubah sistem atau kurikulum, atau apalah namanya bukanlah hal mudah.
butuh kerja keras dan tenaga yang ekstra untuk membenahinya

jika para petingi-petinggi sunguh-sungguh dan bertekad untuk memajukan pendidikan indonesia, maka semakin dekatlah dalam mencapai tujuan negara yaitu mencerdaskan bangsa.
dan saya pun bukan dari bidang keilmuan yang mengurusi maupun bersinggungan dengan pendidikan. tetapi saya harap suatu saat nanti pendidikan bisa lebih baik dari hari ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merintis Jendela Somografi, rumah baca anak-anak Papua

Jendela Somografi, rumah baca anak-anak Somografi, perbatasan Papua Letak geografis dan belum terbukanya akses jalan menyebabkan kampung Somografi sedikit terbelakang dibanding kampung lain. Guru Gody bersama murid SD YPPK Akarinda Somografi, Carlos dan Hasan  Semangat dari Pak   Gaudif Fridus Usna’at , atau yang akrab disapa Guru Gody, pengajar di  SD YPPK Akarinda Somografi membuat Tim Nusantara Sehat Puskesmas Ubrub berinisiatif mengumpulkan buku sebagai media informasi edukasi bagi anak-anak. Awalnya kami mengumpulkan buku-buku bacaan dari kerabat dan teman-teman, sampai pada akhirnya dr. Lilis Sinambela menemukan akun BUP (Buku Untuk Papua), mendapatkan kontak foundernya, Dayu Rifanto, atau yang hangat disapa Mas Dayu, yang ternyata berasal dari Nabire Papua, lalu kerjasama pun terjalin untuk mendirikan rumah baca. Melalui Buku Untuk Papua, kampanye donasi yang dibuka di situs kitabisa.com memperoleh apresiasi tinggi dari donatur diseluruh Indonesia. Ha...

Borobudur warisan bersejarah

Nah ini nih ! Warisan bersejarah yang patut dilestarikan. Nenek moyang kita ternyata mempunyai peradaban yang tinggi,ini terbukti. Dengan adanya peninggalan-peninggalan bersejarah, antara lain bangunan-bagunan, benda-benda,perhiasan, dan karya sastra. Kita patut bangga mempunyai peninggalan sejarah yang tidak dimiliki oleh negara lain, contoh yaitu Candi. Candi Borobudur dan Prambanan merupakan contoh kecil paninggalan sejarah yang bernilai luhur terkenal sejagad raya. Bayangkan saja, tahun 800-an bukan zaman orang mengenal teknologi secanggih saat ini, tetapi nenek moyang kita mampu membuat bangunan semegah candi borobudur, lalu bagaimana cara pembuatannya ? siapa yang memiliki gagasan membuat candi semegah itu ?, dan untuk apa mereka mendirikan candi semegah itu ?. tentunya pertanyaan itu sangatlah universal bagi kita namun jawaban dari pertanyaan itu belum tentu diketahui oleh khalayak.  Menurut catatan sejarah, candi dibangun untutuk memuliakan raja atau keluarga kerajaan ...

kita menua

bukankah kita menua dengan mimpi dan cita di hari kemarin, entah itu masih berupa cita dan mimpi atau telah berwujud nyata atau bahkan telah menjadi nestapa. masihkah tekejar mimpi itu, rasanya baru kemarin sore mimpi itu terucap, hari ini, haruskah mimpi itu pergi bersama muda yang telah diganti tua? rasanya baru kemarin sore mimpi itu terasa begitu dekat namun mengapa sampai kita menua, bahkan mimpi itu tak kunjung menghampiri? mungkin sore itu mimpi terucapkan, namun saat menantinya, ia sempat terlupakan terlupakan sejenak, bersama khilaf dan kebahagiaan sesaat yang sesat. kini di saat ingin kembali ke jalan mimpi, entah mengapa terasa begitu terlambat, bukan karena mimpi itu pergi jauh meninggalkan tapi karena langkah ini terlalu jauh melenceng. dulu, andai saja setelah mimpi kemarin sore itu terucap, dan  khilaf tak datang, tak meninggalkan fokus, mungkinkah mimpi itu lebih dekat dan selangkah lagi, kini, saat ini, masih adakah sesinggung mimipi kemarin ...