aku kemarin sore mengikuti kajian bersama kawan
kami datang terlambat,
kajian sudah berlangsung 1 jam yang lalu,
masih ada 1 jam kajian tersisa yang bisa kami ikuti.
kajian hari itu tentang Umar bin Khattab, sahabat Rasulullah
selama mendengarkan kajian,
sesekali melihat orang sekeliling yang duduk bersama dalam kajian itu,
hatiku berdesir,
sadar diri,
dan bebisik dalam hati "betapa dangkal ilmu ini, betapa dangkal pengetahuan diri tentang islam"
beberapa kali menahan air mata, entah kenapa
rasanya sedih sekali
bukan karena mendengar kisah yang diceritakan dalam kajian itu
rasanya haru
menyadari diri dulu begitu jauh
dulu mengira diri sudah islam
ternyata hanya islam keturunan saja
aku suka matematika
aku suka bermain logika
dan bodohnya islam ku sandingkan dengan logika ku yang tak seberapa ini
bodoh bukan.
masih dalam kajian,
sambil mendengarkan kajian tentang Umar bin Khattab dan pedagang susu,
aku menghitung umur yang sudah lebih dari seperempat abad ini,
lalu kuhabiskan untuk apa ?
sia-sia
lagi-lagi menahan air mata
sampai tak tertahankan, kuseka secepat mungkin,
memastikan tidak ada satupun yang melihat
malu
kami datang terlambat,
kajian sudah berlangsung 1 jam yang lalu,
masih ada 1 jam kajian tersisa yang bisa kami ikuti.
kajian hari itu tentang Umar bin Khattab, sahabat Rasulullah
selama mendengarkan kajian,
sesekali melihat orang sekeliling yang duduk bersama dalam kajian itu,
hatiku berdesir,
sadar diri,
dan bebisik dalam hati "betapa dangkal ilmu ini, betapa dangkal pengetahuan diri tentang islam"
beberapa kali menahan air mata, entah kenapa
rasanya sedih sekali
bukan karena mendengar kisah yang diceritakan dalam kajian itu
rasanya haru
menyadari diri dulu begitu jauh
dulu mengira diri sudah islam
ternyata hanya islam keturunan saja
aku suka matematika
aku suka bermain logika
dan bodohnya islam ku sandingkan dengan logika ku yang tak seberapa ini
bodoh bukan.
masih dalam kajian,
sambil mendengarkan kajian tentang Umar bin Khattab dan pedagang susu,
aku menghitung umur yang sudah lebih dari seperempat abad ini,
lalu kuhabiskan untuk apa ?
sia-sia
lagi-lagi menahan air mata
sampai tak tertahankan, kuseka secepat mungkin,
memastikan tidak ada satupun yang melihat
malu
Komentar
Posting Komentar