Langsung ke konten utama

Miracle Giving Fool


Dari beberapa film yang telah kunonton, ada beberapa film yang ingin kurekomendasikan, film-film yang dapat memberikan inspirasi dan pelajaran hidup. Salah satunya adalah Miracle Giving Fool/Babo, ditayangkan pada tahun 2008 di Negeri Ginseng, Korea Selatan. Film ini menceritakan tentang seorang pria yatim piatu yang tinggal bersama adik perempuannya. Ia pria bodoh, bahkan memakai sepatu dengan benar pun tak tahu, tetapi roti buatannya sangat enak dan disukai banyak orang, mulai dari teman sekolah adiknya sampai gurunya pun suka kecuali adiknya. Kebutuhan sehari-hari sampai biaya sekolah adiknya terpenuhi dari hasil penjualan roti yang ia tabung setiap hari.
            Walaupun pemalu ia sangat ramah dan murah senyum. Ia tak pernah mengurus dirinya, bahkan mandi pun jarang, apalagi memakai shampo, sampai pada saat seorang gadis dimasa kecilnya (yang ia tunggu-tunggu) mengenalinya, memberikannya sepatu, mencicipi roti buatannya dan memujinya, serta meluangkan waktu untuk bersenda gurau dengannya, ia pun kembali merasa bahagia, dan mulai belajar bersepatu dengan baik.
            Di tengah cerita menjelang akhir barulah aku tahu bahwa walaupun ia menjual roti disamping sekolah adiknya, ternyata tak ada satu orang pun yang tahu bahwa mereka kakak beradik. *hatiku miris tak terperi dibuatnya T_T
            Yah, walaupun aku dibuat terkejut tak menyangka diakhir kisah, namun film ini sarat dengan pesan moral, apalagi diakhir cerita, pada saat adiknya masuk kekamar kakaknya untuk pertama kali dan melihat catatannya kakaknya yang ditempel dilangit-langit kamar, akhirnya adiknya pun sangat menyesal telah memperlakukan kakaknya seperti itu, sayangnya She’s late !.
            Aku tidak menceritakan keseluruhan dari film ini, karena aku berharap setelah membaca postingan ini kalian menontonya, dan jangan lupa siapkan beberapa lembar tissu disampingmu sebelum memulai menontonnya !!!

sungguh, film ini memberi kita inspirasi untuk menyayangi dengan tulus, memberi tanpa pamrih tanpa mengharap imbalan apapun, bersikap apa adanya... dan sekali lagi aku belajar TULUS.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merintis Jendela Somografi, rumah baca anak-anak Papua

Jendela Somografi, rumah baca anak-anak Somografi, perbatasan Papua Letak geografis dan belum terbukanya akses jalan menyebabkan kampung Somografi sedikit terbelakang dibanding kampung lain. Guru Gody bersama murid SD YPPK Akarinda Somografi, Carlos dan Hasan  Semangat dari Pak   Gaudif Fridus Usna’at , atau yang akrab disapa Guru Gody, pengajar di  SD YPPK Akarinda Somografi membuat Tim Nusantara Sehat Puskesmas Ubrub berinisiatif mengumpulkan buku sebagai media informasi edukasi bagi anak-anak. Awalnya kami mengumpulkan buku-buku bacaan dari kerabat dan teman-teman, sampai pada akhirnya dr. Lilis Sinambela menemukan akun BUP (Buku Untuk Papua), mendapatkan kontak foundernya, Dayu Rifanto, atau yang hangat disapa Mas Dayu, yang ternyata berasal dari Nabire Papua, lalu kerjasama pun terjalin untuk mendirikan rumah baca. Melalui Buku Untuk Papua, kampanye donasi yang dibuka di situs kitabisa.com memperoleh apresiasi tinggi dari donatur diseluruh Indonesia. Ha...

Borobudur warisan bersejarah

Nah ini nih ! Warisan bersejarah yang patut dilestarikan. Nenek moyang kita ternyata mempunyai peradaban yang tinggi,ini terbukti. Dengan adanya peninggalan-peninggalan bersejarah, antara lain bangunan-bagunan, benda-benda,perhiasan, dan karya sastra. Kita patut bangga mempunyai peninggalan sejarah yang tidak dimiliki oleh negara lain, contoh yaitu Candi. Candi Borobudur dan Prambanan merupakan contoh kecil paninggalan sejarah yang bernilai luhur terkenal sejagad raya. Bayangkan saja, tahun 800-an bukan zaman orang mengenal teknologi secanggih saat ini, tetapi nenek moyang kita mampu membuat bangunan semegah candi borobudur, lalu bagaimana cara pembuatannya ? siapa yang memiliki gagasan membuat candi semegah itu ?, dan untuk apa mereka mendirikan candi semegah itu ?. tentunya pertanyaan itu sangatlah universal bagi kita namun jawaban dari pertanyaan itu belum tentu diketahui oleh khalayak.  Menurut catatan sejarah, candi dibangun untutuk memuliakan raja atau keluarga kerajaan ...

kita menua

bukankah kita menua dengan mimpi dan cita di hari kemarin, entah itu masih berupa cita dan mimpi atau telah berwujud nyata atau bahkan telah menjadi nestapa. masihkah tekejar mimpi itu, rasanya baru kemarin sore mimpi itu terucap, hari ini, haruskah mimpi itu pergi bersama muda yang telah diganti tua? rasanya baru kemarin sore mimpi itu terasa begitu dekat namun mengapa sampai kita menua, bahkan mimpi itu tak kunjung menghampiri? mungkin sore itu mimpi terucapkan, namun saat menantinya, ia sempat terlupakan terlupakan sejenak, bersama khilaf dan kebahagiaan sesaat yang sesat. kini di saat ingin kembali ke jalan mimpi, entah mengapa terasa begitu terlambat, bukan karena mimpi itu pergi jauh meninggalkan tapi karena langkah ini terlalu jauh melenceng. dulu, andai saja setelah mimpi kemarin sore itu terucap, dan  khilaf tak datang, tak meninggalkan fokus, mungkinkah mimpi itu lebih dekat dan selangkah lagi, kini, saat ini, masih adakah sesinggung mimipi kemarin ...